Genius, Persahabatan Penulis dan Editornya

Sumber : https://www.mldspot.com/movie/2016/06/28/genius-saat-editor-dihadapkan-dengan-5000-tulisan

Aku baru saja selesai menonton film Genius dan aku langsung yakin untuk mengatakan : "Setiap orang yang mengedit tulisan musti nonton film ini!"

Bercerita tentang Max Perkins, seorang editor yang menemukan penulis-penulis besar macam Ernest Hemingway ( Lelaki Tua dan Laut) dan F. Scott Fritzgerald (The Great Gatsby). Film ini sendiri menceritakan Max Perkins dan pertemuannya dengan Thomas Wolfe, seorang pemuda yang gila nulis, sampai-sampai-ini salah satu scene favoritku di film ini- tulisannya perlu digotong oleh dua orang karena mencapai lima peti!

Dikisahkan, tulisan si Thomas alias Tom ini, selalu ditolak oleh para penerbit. Alasannya, tulisannya terlalu banyak, tapi si Max yang bisa melihat berlian di tengah lumpur ini berhasil "menemukannya". Maka dimulailah kolaborasi penulis dan editor yang akhirnya jadi legend di dunia sastra ini. Mereka berdiskusi, berdebat, mati-matian menyunting tulisan Tom yang luar biasa panjang, hingga akhirnya menjadi sahabat-scene yang menurutku paling menyentuh di film ini. Walau film ini betul-betul indah, akhirnya menyedihakn.  Novel Thomas Wolfe meledak di pasaran, dan ia menjadi penulis yang membawa pengaruh pada dunia kesusastraan Amerika modern, tapi Thomas Wolfe tidak berumur panjang. Ia meninggal pada 15 September 1938, ketika umurnya baru tiga puluh tujuh tahun sebab ada segudang tumor di otaknya. "Ya segudang. kata itu pasti akan disukai oleh Tom", begitu kata Max pada akhir film ini. Air mataku langsung menggenang begitu menonton bagian ini.

Meskipun film ini diakhiri dengan sedih- Max tak kuasa menahan air mata setelah menerima surat dari Tom pasca pemakamannya- jangan urung untuk menonton film ini. Seperti yang kukatakan tadi, film ini musti ditonton oleh orang yang mengedit tulisan. Sebab kalian akan bisa belajar banyak soal pengeditan dari Max Perkins. Ketika mengedit Max tidak sesukanya sendiri, tidak seenaknya memotong atau menambahi, melainkan ia membantu penulisnya untuk melihat sisi lain dari tulisannya, sisi yang lebih baik tentunya. 

Ketika ia merasa judul tulisan Tom kurang menarik misalnya, ia tidak akan mengatakan bahwa "Tom, gantilah judul tulisanmu!", melainkan ia akan berkata "Misal kau seorang pembaca, dan kau memasuki sebuah toko buku dengan banyak buku di dalamnya. Lalu kau melihat sebuah buku berjudul "Trimalchio in West Egg" dan kau melihat buku berjudul "The Great Gatsby". Yang mana yang akan kau pilih?". Begitulah, Max tidak memberi instruksi, ia memantik, dan aku rasa itulah yang harus dilakukan seorang editor. 

Film ini juga tidak melulu bicara soal dunia tulisan dan editing, tapi juga persahabatan yang tulus, yang saling menyayangi. Sebagai seorang editor Max tidak hanya berurusan dengan tulisan, ia dan Tom memang selalu berdiskusi soal tulisan, bagian mana yang harus di potong, disederhanakan, sehingga menjadi lebih baik, suatu diskusi yang selalu penuh dengan perdebatan. Namun Max juga memahami diri Tom, dan dengan itulah persahabatan diantara keduanya terjalin. Tak jarang, ketika perjalanan pulang ke rumah Max yang berada di pinggiran kota, Tom menceritkaan soal dirinya. Dirinya yang ia sebut sebagai Caliban, yang buruk dan terasing di tengah pulau penuh kebisingan bernama Manhattan. Tak jarang pula, anak-anak Max ikut bercengkrama dengan mereka saat mereka membicarakan tulisannya, dan itu adalah saat yang menyenangkan. Mereka berdua akhirnya bukan sekedar penulis dan editornya, tapi Max menyayangi Tom begitu juga sebaliknya.Akting Coln Firth sebagai Max yang kebapakkan ditambah Jude Law sebagai Tom yang menggebu-gebu dan penuh mimpi menambah mantao film ini. Akting mereka keren sekali, sungguh! Aku merasa tak menyesal menyela sedikit waktu skripsianku dan menontonnya, hehe

Lokasi:

Berbagi :