Terbang Bersama Bayi, Pengalaman Menempuh Perjalanan Jauh Bersama Bayi 10 Bulan
Tanggal 31 Maret lalu keluarga kami memutuskan untuk mudik lebih awal ke Mataram, Lombok, rumah mertuaku. Perjalanan pulang kali ini akan menjadi kali kedua pertemuan Puisi dengan Niniknya. Karena itu, mudik lebih awal kami rasa sesuai. Selain karena jalanan belum terlalu penuh, Puisi tentu juga bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama kakek dan neneknya.
Hal yang pertama kami bereskan tentunya adalah pekerjaan. Biar tenang dan nyaman paling tidak selama perjalanan. Tapi nyatanya, urusan pekerjaan ini seperti tak selesai-selesai, alhamdulillah, walau kadang lumayan pusing juga.
Kedua, kami menyiapkan list barang yang akan dibawa. Karena mudik kali ini adalah perjalanan panjang pertama Puisi, kami memutuskan tak mau bawa terlalu banyak barang. Pokoknya hanya barang-barang inti saja yang akan kami masukkan ke dalam tas.
Baju tak usah banyak-banyak, nanti cuci kering saja, alat elektronik, ini yang susah, sebab memang harus kami bawa semua laptop dan tetek bengeknya. Perlengkapan Puisi. Ini juga susah, sebab, meski sudah diseleksi, dan dikurasi, tapi tetap saja banyak. Segala pagar kasur juga tetap harus kami bawa, karena tak mungkin beli lagi, dan terlalu beresiko membiarkannya tidur tanpa dipagari, sebab gerakannya saat tidur sudah macam gangsing.
Akhirnya, setelah segala keriweuhan itu, urusan packing selesai. Barang terkemas dalam sebuah koper seberat 15 kg plus dua ransel yang masing-masing beratnya 3,5 kg dan 6,5 kg. Dikit kan untuk ukuran barang tiga orang selama kurang lebih sebulanan mudik?
Kami merasa barang yang akan kami bawa sudah cukup mengakomodasi kebutuhan kami selama di Lombok nanti. Lagipula karena akan berada di rumah kami juga leluasa untuk cuci kering baju-baju yang kami bawa. Bawaan itu juga tak akan merepotkan kami selama berada di perjalanan.
Koper 15 kg hanya tinggal di geret atau di taruh di troli sampai counter check in. Sementara, tas ransel tinggal kami cangklong sampai naik ke pesawat sembari bergantian menggendong Puisi tentunya. Kami merasa semuanya sudah aman.
Tapi...
Tapi...
Tapi....
Ternyata tidak kawan-kawan, beberapa jam sebelum keberangkatan ada bawaan yang sama sekali tak kami duga. Mama menitipkan beberapa oleh-oleh, plus bekal yang kalo ditotal beratnya mencapai 8 kg!!!
Astaughfirullahhh...
Barang bawaan ini sama sekali tidak kami duga kerepotannya sampai kami tiba di bandara dan menunggu waktu boarding yang sangat panjang. Bagaimana tidak, kami sampai di bandara pukul setengah dua. Padahal pesawat kami baru berangkat pada pukul setengah enam. Artinya, kami harus menunggu hingga empat jam di bandara, bersama bayi yang harus kami jaga biar ga rewel dan ga kecapekan, serta bawaan yang segambreng.
Jujur, kami menyesal tidak menambah koper yang akan kami bawa. Sebab, beberapa hari sebelumnya, kakakku sempat menawarkan untuk meminjamkan koper. Tapi, karena kami merasa tidak perlu, kami pun menolaknya. Padahal seandainya kami menerima tawarannya, tentu kami tak perlu kerepotan menenteng bawaan dadakan yang beratnya mencapai 8 kg dan ditaruh dalam tas totebag lagi. Kami menangisi keputusan kami selama menunggu pesawat, sebab punggung kami rasanya mau jebol.
Danar bawa tentengan banyak sekali dan kami tidak bisa bergantian gendong Puisi. Rasanya, mantap sekali ya Allah.
Namun, di tengah segala keriuhan itu, ada satu hal yang amat kusyukuri. Puisi sama sekali tidak rewel saudara-saudara. Dia hanya menangis saat sekali kutinggal ke kamar mandi, dan saat kumandikan waktu numpang istirahat di ruang menyusui. Westafel ruang laktasi di Gate 9 Bandara Juanda lumayan besar, jadi bisa kupakai untuk bak mandi sementara bagi Puisi.
Puisi juga jadi nyaman dan bahkan mengantuk dan tertidur saat kami memasuki pesawat. Mungkin ia kelelahan setelah guling-guling di playground selama menunggu boarding. Kami bersyukur paling tidak, meski ini perjalanan yang melelahkan ia bisa melaluinya dengan baik. Yippyyyy!!! (Tos bareng Danar)
Posting Komentar untuk "Terbang Bersama Bayi, Pengalaman Menempuh Perjalanan Jauh Bersama Bayi 10 Bulan"