Film, Kesedihan, dan Sayang Diri Sendiri
![]() |
| Sumber : Pexels by Kaique Rocha |
Tapi ya begitulah kebenarannya. Saya takut menonton film yang begitu sedih. Suka kepikiran dan ikut sedih. Kadang sampai seminggu setelahnya. Selama seminggu itu, pikiran saya hanya akan terisi dengan seandainya si A begini, pasti ia tak akan bernasib sial, atau kalo saja dia mau oportunis sedikit, maka ia tak akan diperalat begitu. Begitulah, saya memikirkan tokoh-tokoh di film sebagaimana tokoh nyata. Bodoh sekali memang.
Faktanya, saya memang terlalu sensitif dengan kesedihan. Utamanya kesedihan orang lain. Saya pasti ingin membantu atau paling tidak ikut bersimpati biar kalaupun teman sedih, dia tak sendirian. Saya yang sekarang tertawa terbahak-bahak kalau ingat hal itu. Sungguh, bodoh dan tak sayang diri sendiri. Kesedihan itu menyiksa Dinda!
Kecintaan pada diri sendiri memanglah hal yang kelihatan sederhana tapi sulit juga untuk diwujudkan. Sebab, kita selalu punya cara untuk membuat diri kita tak nyaman bahkan kesakitan, dan tak merasa sedikitpun bersalah atas hal itu. Kita bisa tetap mengatakan ya, atas hal-hal yang sebenarnya tak ingin kita lakukan, atau juga bisa terus mendengarkan cerita sedih teman, yang padahal kita tahu itu cerita itu bisa mentrigger banyak kenangan yang tentunya tak nyaman buat diingat lagi.
Bagiku yang dulu, hal-hal semacam itu kulakukan karena rasa kasih sayang. Karena aku sayang pada temanku, maka tak masalah kudengarkan ceritanya yang membuatku bahkan lupa akan kesedihanku sendiri. Aku lupa terisak buat diriku sendiri dan justru terisak atas masalah orang lain. Kalau sudah begitu? Temanmu akan menemukan jalan untuk bangkit, dan kau masih harus mengurus isak tangismu (mungkin saja sendirian). Eh tapi ini bukan maksudnya ga boleh menemani kawan yang lagi butuh teman ya...
Aku yang sekarang sih, lebih berusaha sayang ke diri sendiri. Progress terbesarnya ialah aku bisa bilang tidak kalau tak nyaman. Aku juga bisa bilang pada teman untuk meninggalkanku sendirian kalau aku di pengen sedih sedihan atau joget jogetan di kamar. Aku bahkan bisa mematikan telefon atau meminta untuk tak diajak bicara dulu oleh Danar kala emosi sedang tak karuan. Dan tentunya, aku bisa menghentikan menonton film yang kuanggap menyedihkan tanpa beban bahwa film harus ditonton sampai selesai demi apresiasi.
Wkwkwkwk dalam tulisan ini, kata saya pelan pelan berubah jadi aku. Yoweslah yaaa
Tapi, walau tak banyak menonton, ada film yang kutonton sampai selesai. Pertama adalah Stand By Me 2. Adalah cita cita sedari kecil untuk melihat Nobita menikahi Sizuka, dan beberapa minggu lalu mimpi itu kesampaian. Duh senangnyaaa...
Film kedua yang kutonton adalah Cast Away. Direkomendasiin Bagas dari dua tahun lalu dan baru sempat kutonton senin kemarin. Film yang walaupun buat patah hati banget ampe ketrigger rasa khawatirku, tapi gapapa aku suka banget filmnya. Buat mo nangesss
Btw pengen nobar Cast Away bareng mama karena itu genre dia banget hehee
Tulisan ini sungguh ga jluntrung, ya gapapa, niatnya juga cuma jadi curhatan.

Posting Komentar untuk "Film, Kesedihan, dan Sayang Diri Sendiri"