Melihat Masa Lalu
Dua hari ini Malang hujan terus. Hujan itu juga membawa hawa dingin yang menusuk, embun, sedikit rasa sepi dan obrolan hangat yang datang bergantian.
Ini hari pertama tahun 2020 dan tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan sebagai edisi perenungan tahun baru hahaha. Entahlah, aku merasa sudah teramat cukup dengan perayaan semacam itu. Bahwa bagiku hari-hari terus berjalan dan kita sebagai manusia akan selalu menemui tantangan setiap harinya. Sementara tahun, yah itu tak lebih dari sebuah tanda. Bukan tanda angka, bukan. Aku tak ingin mengatakannya begitu sebab hal itu seperti mengatakan bahwa kita hidup stagnan saja tanpa pergerakan. Tapi tanda dari pergerakan itu sendiri.
Selalu menyenangkan melihat masa lalu, membayangkan sejauh mana kita sudah berjalan dan menghidupi hidup kita. Yah, meski kata menyenangkan itu sebenarnya tak sepenuhnya menyenangkan, karena tak ada kan yang benar-benar sepenuhnya? Sepenuhnya bahagia, sepenuhnya sedih, sepenuhnya benci, sepenuhnya suka? Hubungan manusia itu selalu terdiri dari benci dan suka. Ah, sudahlah aku bicara apa sih!
Ya, seperti yang kukatakan tadi bahwa menyenangkan melihat masa lalu. Dan aku sering melakukan hal itu sekarang. Sambil tertawa-tawa melihat aneka kegoblokan yang pernah kulakukan, bangga atas keberhasilanku bertahan terhadap aneka krisis yang pernah terjadi dalam hidup, juga melihat aku telah bertumbuh sebanyak apa. Tapi kurasa, diatas semua itu yang harus kulakukan adalah merasa bangga sekaligus lega, karena ternyata kita masih bertahan dalam hidup yang sial ini hahaa.
Aku kebingungan sekarang mau mengetikkan apa hahaa. Hanya butuh menuangkan sesuatu saja soalnya tadi, dan yang terbayang ya masa-masa lalu itu. Sudah ya! hahahaa
Oh iya, aku masih ingin ke Kuba. Berkunjung ke kebun tembakau di Vinales. Ritual tahun baru disana menyenangkan juga tampaknya. Membakar patung yang selama setahun penuh menjaga rumah kita.
Adios!
Ini hari pertama tahun 2020 dan tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan sebagai edisi perenungan tahun baru hahaha. Entahlah, aku merasa sudah teramat cukup dengan perayaan semacam itu. Bahwa bagiku hari-hari terus berjalan dan kita sebagai manusia akan selalu menemui tantangan setiap harinya. Sementara tahun, yah itu tak lebih dari sebuah tanda. Bukan tanda angka, bukan. Aku tak ingin mengatakannya begitu sebab hal itu seperti mengatakan bahwa kita hidup stagnan saja tanpa pergerakan. Tapi tanda dari pergerakan itu sendiri.
Selalu menyenangkan melihat masa lalu, membayangkan sejauh mana kita sudah berjalan dan menghidupi hidup kita. Yah, meski kata menyenangkan itu sebenarnya tak sepenuhnya menyenangkan, karena tak ada kan yang benar-benar sepenuhnya? Sepenuhnya bahagia, sepenuhnya sedih, sepenuhnya benci, sepenuhnya suka? Hubungan manusia itu selalu terdiri dari benci dan suka. Ah, sudahlah aku bicara apa sih!
Ya, seperti yang kukatakan tadi bahwa menyenangkan melihat masa lalu. Dan aku sering melakukan hal itu sekarang. Sambil tertawa-tawa melihat aneka kegoblokan yang pernah kulakukan, bangga atas keberhasilanku bertahan terhadap aneka krisis yang pernah terjadi dalam hidup, juga melihat aku telah bertumbuh sebanyak apa. Tapi kurasa, diatas semua itu yang harus kulakukan adalah merasa bangga sekaligus lega, karena ternyata kita masih bertahan dalam hidup yang sial ini hahaa.
Aku kebingungan sekarang mau mengetikkan apa hahaa. Hanya butuh menuangkan sesuatu saja soalnya tadi, dan yang terbayang ya masa-masa lalu itu. Sudah ya! hahahaa
Oh iya, aku masih ingin ke Kuba. Berkunjung ke kebun tembakau di Vinales. Ritual tahun baru disana menyenangkan juga tampaknya. Membakar patung yang selama setahun penuh menjaga rumah kita.
Adios!
Posting Komentar untuk "Melihat Masa Lalu"