Balada Jadi Ibu
Setelah menikah, hamil, dan lantas jadi ibu rasanya sulit sekali buat menyelesaikan satu buku. Selalu ada saja alasannya. Tapi terutama aku merasa benar-benar kelelahan hingga kadang aku hanya berbaring dan gak ngapa-ngapain. Rasanya selalu tak cukup ruang untuk diriku sendiri. Rasanya aku selalu ditarik-tarik dan diminta terus stand by untuk orang lain, yaitu anakku sendiri.
Hal itu tentu saja sangat mengesalkan. Karena bahkan untuk tidur sekejap saja aku tak bisa. Tapi untung itu hanya awalnya. Aku kini sudah berdamai, dan menikmati semua hal ini. Karena ya, menyenangkan juga.
Tapi ada satu hal yang buatku tak senang. Hal itu ya itu tadi. Aku jadi terasa begitu asing dengan diriku sendiri. Rasanya jadi sangat tertinggal, buruk, dan bodoh. Dan, merasa hal itu terhadap diri sendiri itu sangat tidak menyenangkan.
Hal ini terus terasa, bahkan kala aku bergembira melihat tumbuh kembang anakku. Aku ingin berguna, aku ingin berkarya, tapi apa? bagaimana? Rasanya hanya kebuntuan yang terus bertemu dengan kebuntuan yang lain benar-benar membuat frustasi.
Tapi kemudian beberapa hari ini aku sadar, bahwa segala sesuatu tak perlu kubawa ribet di dalam pikiran. Aku hanya perlu menyisihkan sedikit waktu untuk memulai semua itu, untuk menemukan kembali diriku. Perlahan aku mulai sedikit sedikit membaca buku.
Hal ini pun ternyata sama sekali bukan hal yang sederhana. Rasanya seperti kamu yang sudah tahunan tidak pernah olahraga, kemudian memutuskan untuk olahraga kembali. Ngos-ngosan sekali. Aku memulainya dengan kembali membaca. Aku benar-benar kesulitan untuk menemukan bacaan apa yang membuatku tertarik untuk membacanya. Kudatangi toko buku, kucari buku-buku yang sekiranya akan membuatku tertarik untuk melahapnya. Tapi nihil. Tidak, aku tidak tergerak.
Tentu semua ini buat aku benar-benar sedih. Bagaimana bisa aku tidak tertarik pada satu pun?
Aku lantas mencoba hal lain, menelusuri buku-buku lamaku, dan memaksa diriku untuk kembali menikmatinya. Baru beberapa halaman kantuk sudah datang. Haha, aku tertawa getir terhadap diri sendiri.
Sebagai ibu aku sadar benar, bahwa kita melalui transformasi yang luar biasa. Dan, transformasi itu terkadang bisa membuat sepatah hati ini, seasing ini, bahkan terhadap diri sendiri. Tapi aku percaya bahwa itu bukan akhir. Selalu ada cara untuk mencoba.

Posting Komentar untuk "Balada Jadi Ibu"