Catatan Bacaku Atas Metamorfosa Samsa
Sebenarnya ini adalah tulisan lama, lama tersimpan di folder laptop maksudnya hehe... berhubung pas kubaca isinya lumayan, jadi kuputuskan untuk kuupload ke sini.
Btw, Metamorfosa yang kubaca ini adalah terbitan Penerbit Baca. Diterjemahkan langsung dari bahasa Jerman dan lumayan, dapat diskonan waktu itu hehe.
Selamat membaca!
***
Btw, Metamorfosa yang kubaca ini adalah terbitan Penerbit Baca. Diterjemahkan langsung dari bahasa Jerman dan lumayan, dapat diskonan waktu itu hehe.
Selamat membaca!
***
Jika ada kategori penulis paling jahat terhadap tokoh utama
novelnya, aku rasa Kafka akan menduduki peringkat pertama. Bagimana tidak, ia
mengubah tokoh utamanya, Gregor, yang gagah, tampan, dan dicintai oleh
keluarganya menjadi seekor serangga raksasa yang justru amat membuat
keluarganya tak hanya jijik, tapi juga malu.
Ketika menulis sebuah cerita-meskipun aku belum menghasilkan
karya yang sudah patut dibanggakan-aku punya keyakinan, bahwa aku adalah tuhan bagi tokoh-tokohku. Karena itu, sebagai
seorang tuhan aku berhak yang menentukan
nasib mereka. Asik juga haha. Memegang hidup mati para tokoh dalam
cerita. Meskipun kadang merasa terjebak sendiri, pusing, dan lantas membiarkan
para tokoh itu mengendap dalam kepala, juga folder leptopku, tak kunjung
terselesaikan.
Beberapa penulis, yang masih belum menerbitkan satu karya
pun, atau yang bukunya sudah bolak balik mengisi rak-rak toko buku besar, aku
yakin juga punya keyakinan begitu. Hanya saja, ada penulis yang kadang jadi
tuhan yang begitu pemurah dan sebagai pembaca, jujur aku kurang menikmati karya
seperti itu. Selain alurnya terlalu mudah ditebak, sebab kini banyak sekali
penulis yang suka memberikan
tokoh-tokohnya kebetulan-kebetulan yang menguntungkan, pusat perhatian, juga
akhir bahagia bagaimanapun susah kehidupannya, dan begitu jauhnya kelas-kelas
sosial yang harus ia panjat.
Tapi tidak dengan Kafka. Ia tak memberikan tokohnya
kehidupan yang begitu mudah, justru teramat pahit. Bayangkan, bagaimana rasanya
jika kau terbangun dan mendapati dua kakimu berubah menjadi kaki yang banyak
dan kecil serta suka bergerak tak beraturan, lalu kau mulai tak menyukai
makanan yang biasanya kau sukai dan mulai memakan makanan yang seharusnya tak
kau makan, yaitu sayur serta keju busuk, membuatmu mendadak begitu asing dengan
tubuhmu sendiri, lantas juga dengan keluargamu sendiri. Sedih sekali bukan?
Kafka sendiri bahkan pernah mengatakan bahwa ia sampai harus
berhenti berkali-kali saat menuliskannya, sebab terlalu sedih, terlalu
menjijikkan juga.
Tapi bagaimanapun, Metamorfosa luar biasa. Novela ini sudah
mengejutkan bahkan sejak halaman pertamanya, ketika Gregor berubah menjadi
seekor serangga raksasa entah karena apa. Membuatku menunggu dan terus
bertanya-tanya bagimana kelanjutan nasib Gregor yang malang, apakah ia akan berubah
menjadi manusia atau seperti apa, kemudian terus menerus membalik halamannya
hingga selesai, yang membuatku amat sedih meski tak sampai menangis. Tapi
kesedihannya membekas bahkan membuatku terus teringat Gregor saat melihat
kecoa-ya, kecoa jadi begitu memesona setelah aku baca novela ini hehe
Buku tipis itu memberikan pengalaman membaca yang amat
menarik dan berbeda. Setiap kata dan kalimatnya begitu gelap, begitu
menyakitkan dan pahit, dan kita mau tak mau harus menelannya tanpa bisa berbuat
apa-apa. Meskipun akhirnya aku merasa
teramat kecewa dengan akhir ceritanya sebab sekali lagi, Kafka jahat
sekali pada Gregor.
Aku rasa akan terlalu biasa jika memuji-muji Kafka dan
karya-karyanya terutama Metamorfosa, sebab semua orang yang pernah membacanya
pasti sudah melakukannya. Tapi bagaimanapun indah dan gilanya Metamorfosa,
pasti setiap orang punya pengalaman mereka masing-masing saat menikmatinya. Aku
sendiri merasa Metamorfosa memberiku satu pemahaman penting dalam Sastra, bahwa
ternyata menulis Sastra boleh seperti itu, boleh seperti Kafka ketika menulis
Metamorfosa. Sebab, kita benar-benar merdeka dalam proses produksi karya sastra
. Kita bisa mengubah tokoh kita menjadi apapun, memiliki takdir paling bahagia
atau paling sedih di dunia, memiliki wajah cantik atau seperti pantat panci
sekalipun. Kita bebas, berhak, dan harus melakukannya. Tak ada yang boleh
melarang hingga karya itu jadi atau gugur sebelum lahir.
Catatan menarik tentang tuhan-tuhan kecil
BalasHapus